PERBANDINGAN MODERN DRESSING HYDROGEL DAN HYDROPHOBIC TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INFEKSI ULKUS DIABETIK
Abstract
Peningkatan jumlah DM mengakibatkan meningkatnya komplikasi diabetes, yaitu ulkus diabetikum. Laporan dari IDF bahwa insiden yang menimpa ulkus kaki diabetes naik sampai 25% sepanjang hidup pasien, dimana ulkus kaki terjadi pada 15-25% orang yang menderita DM. Penanganan ulkus diabetik, membutuhkan advanced wound management berupa antimikrobial dressing, salah satu penyebabnya karena kumpulan berbagai jenis bakteri dan disertai biofilm. Balutan modern dressing Cadexomer Iodine (Hydrogel) dan Cutimed Sorbact (Hydrophobic) merupakan balutan antimikrobial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penyembuhan luka dengan menggunakan Cadexomer Iodine (hydrogel) dan proses penyembuhan luka dengan cutimed sorbact (Hydrophobic) terhadap luka infeksi ulkus diabetik. Metode penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperiment, dengan design post-test only. Menggunakan instrumen luka yang sudah baku, yaitu Status Kontinum Bates Jensen Wound Assessment Tools (BWAT). Jumlah populasi sebanyak 226 pasien dan pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 60 responden, analisa data menggunakan analisa bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa pada proses penyembuhan luka pada kelompok Cadexomer Iodine (hydrogel) didapatkan nilai min-maks adalah 13-30 dan hasil mean 19,57 sedangkan proses penyembuhan luka pada kelompok Cutimed sorbact (hydrophobic) didapatkan nilai min-maks adalah 19-48 dan hasil mean 30,90, yang artinya semakin tinggi score luka maka sebakin kurang bagus luka tersebut, semakin rendah score luka maka semakin bagus luka tersebut. Hasil uji independent T-test yang menggunakan post test only didapatkan nilai p-value 0,000 dengan tingkat signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Cadexomer Iodine (Hydrogel) dan Cutimed Sorbact (Hydrophobic). Oleh karena itu Cadexomer iodine (Hydrogel) yang bisa lebih lama membuat luka menjadi lembab maka akan lebih efektif penggunaanya.
Downloads
References
Adhiarta. (2011). Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Artikel dalam Forum Diabetes Nasional V. Diterbitkan oleh Pusat Informasi Ilmiah Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Bandung: FK
Aumiller, W. D., & Dollahite, H. A. (2015). Pathogenesis and management of diabetic foot ulcers. Journal of the American Academy of Physician Assistants, 28(5), 28–34. https://doi.org/10.1097/01.JAA.0000464276.44117.b1
Dafianto, R. (2016). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap resiko ulkus kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Discharge, Approximation (REEDA) scale reliability. Diakses pada 2 April 2016, dari http://www.scielo.br/pdf/rlae/v23n1/0104-1169-rlae-23-01-00162.pdf
Handayani, L. T. (2016). Perawatan luka kaki diabetes dengan modern dressing. Jember, Universitas Muhammadiyah, 6(2), 149–159. Indonesia 2013. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus Di Indonesia 2013. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia 2013.
IDF. (2017). International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas Eighth
edition: International Diabetes Federation
International Diabetes Federation. (2005). IDF Diabetes Atlas: Global estimates of diabetes prevalence for 2005 and projections for 2025’, Diabetes Research and Clinical Practice. Elsevier B.V., 138, pp. 271–281. doi: 10.1016/j.diabres.2006.02.023
Nurhaida. 2017. Gambaran Efektifitas Perawatan Luka Diabetik Menggunakan Modern
PERKENI, (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI.
Price, S.A., dan Wilson, L. M., (2006) Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Hal: 43-51
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018 Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018.