VALIDASI MODUL “INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN” UNTUK KONSELING BERHENTI MEROKOK REMAJA DIKABUPATEN KUNINGAN

  • Mustopa Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
  • Soon Siew Choo Mahsa University
  • Faridah Mohd Said Lincoln University
  • salami suyanto Universitas Aisyiyah Bandung
Keywords: -

Abstract

   Tingginya perokok remaja  pemula  di beberapa negara  adalah akibat dari  permasalahan permasalahan mental emosional baik internal, ekternal dan permasalahan keluarga. Di negara Indonesia  survey prevalensi merokok di kalangan remaja Indonesia dari usia 10-18 tahun,  sangat mengkhawatirkan yaitu  hampir 10% (9,1%) remaja merokok dan ini meningkat sebesar 0,3% dari hasil studi penelitian kesehatan dasar yang dilakukan pada 2013. Fenomena masalah perilaku merokok pada remaja sudah menjadi permasalahan negara negara baik negara berkembang atau negara maju di dunia. Banyak penelitian yang mengaitkan perilaku merokok remaja dengan situasi mental remaja  yang berubah-ubah.  Modul Integrasi pendidikan kesehatan ini adalah panduan untuk konselor dalam memberikan intervensi perpaduan edukasi kesehatan, komunikasi teraupetik dan Cognitive behaviour Therapy. Modul ini  dibutuhkan oleh programer di puskesmas dalam program upaya berhenti merokok  dikarenakan di puskesmas belum memiliki panduan untuk melakukan intervensi konseling . Modul ini membantu dalam memulai komunikasi selama sesi intervensi. Tujuan umum  dari penelitian ini adalah melakukan validasi modul asuhan integrasi pendidikan kesehatan untuk kemampuan programer upaya berhenti merokok di puskesmas. Penelitian ini melibatkan 36 orang peserta dengan metode cross sectional. Proses validasi modul ini  menggunakan penilaian dari programer PTM yang kemudian dianalisis statistik dengan Aiken’s V. Dari analisis di dapatkan dari 40 item pertanyaan penilaian adalah valid,  dengan alasan V > 0.75, di setiap detil  dari 40 items > 0.80. Maknanya adalah memiliki  coefficient tinggi  atau memiliki validitas yang baik dalam setiap uji point pertanyaan.  Analisis dari atas akan disimpulkan untuk semua item  valid dan modul terpadu sangat perlu di jadikan standar untuk intervensi bagi  konselor perokok remaja di Puskesmas, klinik, dan praktik mandiri. Pengguna  modul “Integrasi pendidikan kesehatan” tidak hanya untuk programer tenaga kesehatan di Puskesmas, akan tetapi bisa di gunakan untuk guru bimbingan konseling di sekolah  yang menangani permasalahan remaja merokok.

Rekomendasinya perlu ada  follow-up pada penelitian selanjutnya untuk mengetahui efek jangka panjang dari proses pelatihan dengan modul.

    

Kata Kunci: perokok remaja, pendidikan kesehatan, cognitive behaviour therapy,

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

REFERENSI
1. Banzer R, Haring C, Buchheim A, Oehler S, Carli V, Wasserman C, et al. Factors associated with different smoking status in European adolescents: results of the SEYLE study. Eur Child Adolesc Psychiatry. 2017;26(11):1319–29.
2. Steinberg ML, William JM, Li Y. Poor Mental Health and Reduced Decline in Smoking Prevalence. PMC J [Internet]. 2015; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4546880/
3. Hock LK, Li LH, Cheong KC, Ghazali SM, Pei HP, Kang CY, et al. Prevalence and factors associated with total smoking restriction at home in Malaysia: Findings from a nationwide population-based study. Malaysian J Med Heal Sci. 2019;15(3):20–8.
4. Anjum S, Srikanth MK, Reddy PP, Monica M, Rao KY, Sheetal A. Reasons for smoking among the teenagers of age 14 – 17 years in Vikarabad town : A cross ‑ sectional study. 2016;
5. WHO. Adolescence a period needing special attention [Internet]. 2014. p. 2. Available from: http://apps.who.int/adolescent/second-decade/section2/page1/recognizing-adolescence.html
6. Unal E, Metintas S, Kalyoncu C. Effect of anti-smoking advertisements on Turkish adolescents. 2016;22(9).
7. Rockville M. The Health Consequences of Smoking—50 Years of Progress [Internet]. USA: U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICESPublic Health ServiceOffice of the Surgeon General; 2014. 708 p. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK179276/pdf/Bookshelf_NBK179276.pdf
8. Scd SG, Scd AL, Scd RP, Pichini S, Scd PC, Garattini S, et al. E-Cigarette Awareness , Use , and Harm Perceptions in Italy : A National Representative Survey. 2014;16(12):1541–8.
9. Lisboa OC, Souza BB, Xavier LEDF, Almeida MR, Correa P cesar R, Brinker tItus J. A Smoking Prevention Program Delivered by Medical Students to Secondary Schools in Brazil Called “ Education Against Tobacco ”: Randomized Controlled Trial Corresponding Author : 21(2):1–12.
10. Thakur D, Dupta Aa, Thakur A, Mazta SR, Sharma D. Prevalence of cigarette smoking and its predictors among school going adolescents of North India. Shouth Asean J Cancer. 2014;
11. Shaik B, Tepoju M. INTRODUCTION : 2013;14(December):164–70.
12. Sirirassamee T, Sirirassamee B, Borland R, Omar M, Driezen P. Smoking behavior among adolescents in thailand and malaysia. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2011;42(1):218.
13. Kementrian kesehatan RI. Hasil Utama Riskesdas 2018. 2018.
14. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2018. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2019. 140–151 p.
15. Aiken L. Three Coefficients for Analyzing the Reliability and Validity of Ratings. Educ Psychol Meas. 1985;45:131–41.
16. Napirah MR. Model Pengendalian Perilaku Merokok Dengan Pendekatan Spiritual Getar Pada Siswa Smp Di Kota Palu. Universitas Hasanudin; 2020.
17. Saputra AM, Sary NM. Konseling Model Transteoritik dalam Perubahan Perilaku Merokok pada Remaja. Kesmas Natl Public Heal J. 2013;(534):152.
Published
2022-06-02
How to Cite
Mustopa, Siew Choo, S., Mohd Said, F., & suyanto, salami. (2022). VALIDASI MODUL “INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN” UNTUK KONSELING BERHENTI MEROKOK REMAJA DIKABUPATEN KUNINGAN. Jurnal Keperawatan BSI, 10(1), 41-51. Retrieved from https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/731