BLINDFOLD SEBAGAI PEMBENTUKKAN IDENTITAS PENOKOHAN GANDARI

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Ganesh Ahsha Dalila
Andang Iskandar
Syamsul Barry

Abstract

Fashion adalah cara seseorang berusaha menampilkan ekspresi individualitas untuk menghasilkan cita rasa melalui pemilihan pakaian atau properti yang dipakainya. Hasil dari pemakain atribut tersebut menjadi sebuah pembentukan identitas pada dirinya sebagai tokoh, lalu adanya peran penilaian sosial setempat yang menunjukan sikap dan peran sosial dari dampak pakaian atau atribut yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana properti busana blindfold (penutup mata) dapat merepresentasikan identitas Gandari dalam penokohannya di cerita epos Mahabarata. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik Observasi non-partisipan. Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa blindfold pada tokoh Gandari adalah hasil dari komunikasi Gandari terhadap relasi atau tokoh lainnya di Gandari sebagai ekspresi kesetiaan pada sang suami, Destarata sekaligus ekspresi protes karena dinikahkan dengan seorang yang buta. Arti pembentukan identitasnya sebagai ratu dilihat dari tanda warna, perasaan dan relasi sosial bagaimana mereka menilai Gandari sebagai tokoh yang (isi sendiri). Identitas diri pada blindfold Gandari juga penanda bahwa status sosial dan kondisi magis – religius terbentuk.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Dalila, G. A., Iskandar, A., & Barry, S. (2022). BLINDFOLD SEBAGAI PEMBENTUKKAN IDENTITAS PENOKOHAN GANDARI. Wacadesain, 3(2), 48-56. https://doi.org/10.51977/wacadesain.v3i2.868

References

Barnard, M. (2018). Fashion Sebagai Komunikasi (S. I. Idi (ed.)). Jalasutra.
Barthes, R. (1990). The Fashion System. University of California.
Barthes, R. (2011). Mitologi. Kreasi Wacana.
Hasanah, Hasyim. (2016). Teknik-Teknik Observasi: Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial. Jurnal at-Tawaddum, 8(1), 21-46.
Hendariningrum, R., & Susilo, E. (2008). Fashion dan Gaya Hidup Identitas dan Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2).
Hoed, B. (2014). Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. In Komunikasi Bambu (Vol. 13, Issue 2). Wacana Journal of the Humanities of Indonesia. https://doi.org/10.17510/WJHI.V13I2.36
Ibrahim, I. S. (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Jalasutra, 18(2), 495–508.
Mulyadi, Mohammad. (2011). Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15(1), 127-138.
Trisnawati, Tri Yulia (2011, Juli) Fashion sebagai Bentuk Ekspresi Diri dalam Komunikasi. The Messenger, 3(1), 36-47.
Rozuli, A. I. (2018, Maret). Perempuan, Kekuasaan, dan Korupsi. Transformative, 4, 33-44.
Samba, I. G. (2013). Pencarian ke Dalam Diri: Merajut Ulang Budaya Luhur Bangsa. Bandung: Yayasan Dajan Rujung Indonesia.
Setiadi, Wicipto. (2018). Korupsi di Indonesia: Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi. Jurnal Legislasi Indonesia, 15(3), 249-262.
Sugihastuti, & Suharto. (2002). Kritik Sastra Feminis : Teori dan Aplikasinya. Pustaka Pelajar.
Sujana, A. (2016). Selendang dalam Kehidupan Masyarakat Sunda: Dulu dan Sekarang (p. 47).